Senin, 24 September 2012

1 Heart 3 Boys (Bagian 1 part II)



Rei sangat lelah sekali. Bukan karena telah berlari berkilo-kilo meter, tapi telah menangis berjam-jam sampai suaranya serak. Walaupun matanya telah membengkak, namun air matanya belum juga kering.
Saat ini Rei tak dapat melakukan apapun, hanya berbaring ditemani lamunan dan angan-angan. Tak ada yang tersisa di rumah ini, yang ada tinggal kenangan.
Sejenak kemudian, ia perhatikan kebaya hijau yang tergantung di lemarinya. Kebaya itu adalah hasil jahitannya sendiri, yang akan ia hadiahkan untuk ibunya di hari ulang tahunnya. Dan hari itu adalah “Hari ini…”, bisik Rei kemudian, dalam isak tangis yang tak terbendung. Sudah dari kemarin, ia ingin sekali memberikan kebaya itu untuk ibunya. Namun, ia tahan sampai hari ini. Tapi, kini semuanya terlambat, ia tak dapat lagi memberikan hadiah itu selamanya untuk ibunya. Baju itu hanya akan tergantung selamanya di lemari pakaian Rei.
Sampai jarum jam menunjukkan angka satu, Rei masih terjaga. Malam ini rumah sepiiii sekali. Tak ada suara ayah yang memarahinya melihat ia belum tidur hingga larut. Walau ia tak tidur sekalipun, tak akan terdengar suara itu lagi. Tak ada sentuhan lembut ibu di kepalanya untuk membuatnya tertidur. Karena meskipun Rei beranjak dewasa, ia sangat manja sekali pada ibunya, dan sering ditemani tidur oleh ibunya. Dan yang paling menyedihkan, tak ada lagi ucapan “selamat malam”. Yang terdengar hanyalah suara nafas dan isak tangis yang lembut dari bibir Rei, serta detakkan jarum jam di kamarnya.
Sejenak kemudian lamunan Rei terusik oleh kata-kata Oom David dan Tante Sonia tadi, “Apa maksudnya mengajak aku ikut dengan mereka?” gumamnya bingung. “Apa artinya aku akan diajak ke rumahnya dan tinggal bersama mereka? Tidak mungkin, ….” Lanjutnya terhenti. “Atau jangan-jangan, mereka mau mempekerjakanku? Sebagai pembantu mungkin?” Apakah nasib Rei seburuk itu?
“Wuamhmh” Akhirnya Rei mengantuk juga, dan mulai tertidur. Sebelum ia memejamkan mata ia berdo’a dalam hati, semoga apa yang dilaluinya hari ini adalah sebuah mimpi buruk. Dan semoga saat ia terbangun, semuanya normal kembali.
“Selamat malam ayah, selamat malam ibu, semoga aku memimpikan kalian”.

Aku menangis
Aku bersedih
Aku kecewa
Aku merana
Aku sendiri
Ayah, ibu,
Begitu cepat kalian tinggalkanku,
Sendiri….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar