Rei sangat
lelah sekali. Bukan karena telah berlari berkilo-kilo meter, tapi telah
menangis berjam-jam sampai suaranya serak. Walaupun matanya telah membengkak,
namun air matanya belum juga kering.
Saat ini Rei
tak dapat melakukan apapun, hanya berbaring ditemani lamunan dan angan-angan.
Tak ada yang tersisa di rumah ini, yang ada tinggal kenangan.
Sejenak
kemudian, ia perhatikan kebaya hijau yang tergantung di lemarinya. Kebaya itu
adalah hasil jahitannya sendiri, yang akan ia hadiahkan untuk ibunya di hari
ulang tahunnya. Dan hari itu adalah “Hari ini…”, bisik Rei kemudian, dalam isak
tangis yang tak terbendung. Sudah dari kemarin, ia ingin sekali memberikan
kebaya itu untuk ibunya. Namun, ia tahan sampai hari ini. Tapi, kini semuanya
terlambat, ia tak dapat lagi memberikan hadiah itu selamanya untuk ibunya. Baju
itu hanya akan tergantung selamanya di lemari pakaian Rei.
Sampai jarum
jam menunjukkan angka satu, Rei masih terjaga. Malam ini rumah sepiiii sekali.
Tak ada suara ayah yang memarahinya melihat ia belum tidur hingga larut. Walau
ia tak tidur sekalipun, tak akan terdengar suara itu lagi. Tak ada sentuhan
lembut ibu di kepalanya untuk membuatnya tertidur. Karena meskipun Rei beranjak
dewasa, ia sangat manja sekali pada ibunya, dan sering ditemani tidur oleh
ibunya. Dan yang paling menyedihkan, tak ada lagi ucapan “selamat malam”. Yang
terdengar hanyalah suara nafas dan isak tangis yang lembut dari bibir Rei,
serta detakkan jarum jam di kamarnya.
Sejenak
kemudian lamunan Rei terusik oleh kata-kata Oom David dan Tante Sonia tadi,
“Apa maksudnya mengajak aku ikut dengan mereka?” gumamnya bingung. “Apa artinya
aku akan diajak ke rumahnya dan tinggal bersama mereka? Tidak mungkin, ….” Lanjutnya
terhenti. “Atau jangan-jangan, mereka mau mempekerjakanku? Sebagai pembantu
mungkin?” Apakah nasib Rei seburuk itu?
“Wuamhmh” Akhirnya
Rei mengantuk juga, dan mulai tertidur. Sebelum ia memejamkan mata ia berdo’a
dalam hati, semoga apa yang dilaluinya hari ini adalah sebuah mimpi buruk. Dan
semoga saat ia terbangun, semuanya normal kembali.
“Selamat malam
ayah, selamat malam ibu, semoga aku memimpikan kalian”.
Aku menangis
Aku bersedih
Aku kecewa
Aku merana
Aku sendiri
Ayah, ibu,
Begitu cepat kalian tinggalkanku,
Sendiri….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar