Jam di dinding
rumah Rei sudah menunjukkan pukul lima
sore, tepat satu jam ia menunggu kedatangan Tante Sonia dan Oom David. Apa
mereka ingkar janji? Atau lupa? Rei jadi berperasaan buruk. Namun semuanya
hilang setelah ia mendengar suara orang memanggilnya dari luar.
Rei segera
menemui orang tersebut. Semoga mereka! Dan benar saja, di depan pintu sudah
berdiri dua orang yang sudah dinantinya.
“Silahkan
duduk Oom, Tante!” Rei mempersilahkan tamunya dengan ramah.
“Rei, kami
tidak mungkin meminjamkan uang seperti permintaan kamu waktu itu di telepon” Ucap
Tante Sonia membuka perbincangan. Dengan gayanya yang lembut dan bijak.
Rei sangat
kaget mendengarnya. Ia pikir, mereka dapat membantunya. Tapi…
“Kalau kamu
pinjam uang untuk melunasi kontrakan kamu sekarang, lalu nanti bagaimana, apa
kamu sanggup membayarnya?” Sambung Tante Sonia, yang semakin membuat Rei kaget.
Melihat
ekspresi Rei yang kebingungan, Tante Sonia malah tersenyum. Apa-apaan coba, Rei
sedih kok malah senyum. Dasar tega.
“Kami hanya
bercanda kok, kamu jangan takut begitu. ….” Tante Sonia menghentikan
perkataannya dan melihat suaminya, yang dijawab dengan anggukan. “Kamu gak usah
mikirin soal kontrakan, nanti kami yang lunasi”.
Uhgh, dasar
emang pada tega, Rei lagi bingung malah dibecandain. Lucu. “Terima kasih tante.
Saya janji kalau sudah ada uang, nanti saya ganti” Ucap Rei penuh syukur.
“Gak usah” Jawab
Tante Sonia singkat.
Wajah Rei
berubah lagi. Apaan lagi nih? Masa utang gak usah dibayar? Serius gak seah?
“Kami serius
Rei”, lanjut Tante Sonia seolah-olah tau apa yang dipikirkan Rei. “Asal kamu
mau ikut ke rumah kami”
Ikut ke rumah
mereka? Mau dijadiin jaminan? Emang mau lelang?
“Begini Rei,
kami mau mengadopsi kamu. Kamu mau kan?”
Oom David angkat bicara.
Nah ini, baru
jelas. Gak kayak Tante Sonia, becanda terus bikin Rei bingung. Tapi apa tadi,
diadopsi? “Sa-saya gak ngerti Oom” Rei jadi bingung juga.
“Kami akan
mengangkat kamu jadi anak kandung kami” Lanjut Oom David
“Tapi_”
“kami akan
menyayangi kamu. Jadi jangan khawatir, kami akan menganggap kamu seperti anak
kandung kami sendiri” Potong Tante Sonia sebelum Rei memberikan tanggapan.
“Saya
benar-benar senang, tapi saya tidak mungkin menerima kebaikan kalian sampai
sejauh ini. Saya tidak punya apa-apa untuk membalasnya” Rei jadi terharu juga,
gak nyangka mereka bakal sebaik ini.
“Siapa yang
minta balas budi? Yang penting sekarang, kamu mau apa tidak?” Tanya Oom David
yang terpaksa dijawab Rei dengan anggukan, karena tidak tau harus bilang
apa-apa lagi.
“Ya sudah.
Kalau begitu, besok kamu pindah ke rumah kami. Nanti urusan adopsi bisa
belakangan. Bagaimana?”
“Baik” Jawab
Rei lagi-lagi dibarengi dengan anggukan.
Setelah
berbincang-bincang ngalor-ngidul, merekapun berpamitan.
Akhirnya,
penyelamat hidup Rei telah datang. Rei seneeeeng banget. Mereka emang baiknya
selangit deh. Emangnya mereka tinggal di langit?
Tapi gimana sama anak-anak mereka, ya? Apa
mereka mau menerima Rei sebagai saudara mereka? Ahhh….semoga semuanya berjalan lancar.
Ayah, Ibu, Akhirnya masalahku selesai
juga. Paling tidak, aku terselamatkan dari si nenek sihir Rosi, hehehe…., pikir
Rei jail sebelum ia bertemu dengan orang tuanya dalam mimpi.